Selasa, 30 Desember 2008

Enak Kali Ya Jadi Orang Muslim

Wah, sudah lama ya aku gak nulis lagi disini, gak tau kenapa aku jadi gak terlalu aktif buat ngisi blog ku ini. Tapi gak apa-apa lah, sekarang aku akan coba berbagi sebuah anekdot pada teman-teman, mufah-mudahan ada hikmahnya.

Pada suatu hari, ada seorang Pakistan yang naik Pesawat untuk menuju Amerika di Bandara Changi Singapura. Kebetulan di belakang pria tersebut adalah orang Amerika yang sepertinya sinis dengan agama Islam. Karena tahu bahwa yang di depannya itu adalah orang Islam, kedua pria Amerika tersebut mulai mengolok-olok pria didepannya.
"Hai kawan, tahu tidak, bulan kemarin aku disuruh bos ku untuk ke Saudi Arabia, tapi aku menolak tidak mau pergi" kata pria yang satu.
"Lho memangnya kenapa ?" kata pria yang satunya.
" Karena disana banyak orang muslim" kata pria itu lagi sambil mengolok-olok.
Kedua pria tersebut tertawa terbahak-bahak.
Lalu giliran pria yang satunya, "Eh, kamu tahu tidak, kemarin juga aku di ajak istriku untuk pergi ke Iran, tapi aku menolaknya" kata pria tersebut.
" Lho, kenapa kamu juga tidak mau?"
" Karena disana banyak orang muslimnya" katanya.
" Terus aku ingat saat ibuku mengajakku ke Indonesia untuk bertamasya, tapi aku tetap tidak mau"
" Aku tahu jawabanmu, pasti karena disana banyak muslimnya juga kan!"
Mereka berdua tertawa puas karena sudah mengolok-olok orang muslim di depan mereka.
Akhirnya, pria muslim yang tadi terus diejek habis kesabarannya dan berbalik kebelakang. Dia mengatakan" Hai Bung, kenapa kalian tidak pergi saja ke neraka, ku dengar tidak banyak orang muslim yang tinggal di sana !"

Rabu, 26 November 2008

Sebuah Pesan tuk Mujahid Dakwah

Berdakwah adalah sebuah tugas suci nan mulia yang diemban oleh orang-orang yang dirahmati Allah Swt. Mulai para nabi dan rasul serta para ulama dan mubaligh yang sampai sekarang masih menyerukan tentang kebenaran Islam. Mereka semua dengan tulus dan ikhlas rela mengorbankan harta, jiwa serta tenaga demi kejayaan Islam sebagai agama rahmatan lil Alamin. Mereka tidak peduli walau harus dicaci maki, difitnah, dibenci atau diasingkan oleh orang yang menentang dakwah mereka. Memang begitulah jalan para mujahid dakwah, tapi perjuangan mereka tidak akan sia-sia, karena keridhaan Allah Swt. senantiasa menyertai mereka.
Saat menyelami manis dan pahit jalan dakwah, kita sebagai mubaligh yang beradab pasti punya etika dalam berdakwah terhadap orang-orang di sekitar nya. Mengenai etika dakwah, kita dapat lihat dalam Firman Allah QS. An-Nahl :125 yang berbunyi:
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik”
Nah, dari ayat itu setidaknya kita tahu tiga etika yang harus dipraktekan para mubaligh dalam menjalankan misi dakwah mereka.
Yang pertama, seorang mubaligh harus menunjukan kepribadian yang bijaksana kepada semua orang. Bijaksana artinya antara yang di dakwahkan dengan prilakunya sehari-hari tidak jauh berbeda. Jangan sampai seorang mubaligh menyuruh sholat tapi dirinya sendiri jarang melaksanakan shalat, Nauudzubillah! Kemudian seorang mubaligh yang bijaksana juga mencerminkan budi pekerti yang luhur bagi sesamanya , kehadirannya mampu menjadi sumber kebahagiaan bagi yang lain, dan ketidakhadirannya menjadi sumber kerinduan yang lain. Salah satu langkah untuk menjadi mubaligh yang bijak adalah dengan membudayakan senyum, salam, sapa, sopan dan santun tatkala menghadapi orang lain.
Yang kedua, dalam menasihati orang lain, seorang mubaligh harus bisa menasihati dengan kata-kata yang halus dan tidak menyakiti perasaan atau menghina yang didakwahi. Karena tujuan kita sebagai pendakwah adalah untuk menyadarkan seseorang agar kembali ke jalan yang benar, bukan menjatuhkan atau menghancurkan harga diri objek dakwah. Kita boleh bertindak keras hanya sebagai pembelaan diri manakala dakwah kita dihalangi oleh musuh. Dan ingat bahwa sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.
Yang ketiga, apabila ada orang yang mendebat apa yang kita dakwahkan, maka hadapilah dengan tenang. Jangan sampai emosi kita terpancing sehingga malah menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi seorang mubaligh. Tunjukan bahwa kita adalah para mubaligh terdidik yang dapat mematahkan argument lawan tanpa terbawa emosi atau berlaku anarkis. Hanya dengan pemikiran yang jernih lah dakwah kita dapat diterima oleh orang-orang.
Kawan-kawan mujahid dakwah, sadarkah kalian bahwa di Darul Arqam ini sangat sulit ditemukan seorang santri yang berjiwa dakwah dan berprilaku mubaligh. Kalian bias dengan mudah orang yang jago silat, jago basket, jago dalam hal pelajaran, jago ngegambar atau santri-santri hebat dalam bidang lainnya. Tapi berapa banyakkah diantara mereka yang memiliki semangat dakwah, aa yakin sedikit. Mimbar-mimbar sekarang bersedih karena merasa dirinya menjadi makhluk yang paling ditakuti santri. Kebenaran juga merintih karena dia merasa tidak ada yang mau membawanya ke dalam hati para santri. Tinggal kita yang tersisa, para anggota Korps Mubaligh Remaja yang siap mengibarkan panji-panji dakwah di Ma’had Darul Arqam ini. Mari kita tebarkan bibit-bibit perubahan melalui perilaku kita yang berakhlakul karimah, nasihat-nasihat kita yang menyejukan hati dan menyadarkan jiwa. Insya Allah naungan rahmat Allah Swt. Kan senantiasa menaungi kita dimana pun kita berada.
Kawan-kawan mujahid dakwah, memang mengharap senang dalam berjuang bagai mengharap gemerlapnya bintang di tengah siang. Tapi inilah jalan kita, jalan menuju keridhaan Allah Swt. Jalan kebenaran yang penuh dengan kerikil-kerikil tajam, dan lubang-lubang yang menganga siap menjebak kita. Jalan yang sunyi hanya sedikit teman menemani. Tapi bersabarlah, karena pertolongan Allah itu sangatlah dekat dan indah, sedangkan azab Allah itu amat keras lagi menghinakan.
Kawan-kawan mujahid dakwah, mungkin hanya ini yang bias kakak-kakak KMR sampaikan. Kami hanya tidak ingin kalian mengalami seperti yang kami rasakan sekarang. Jiwa yang gelap dari cahaya Allah, hati yang gersang dari sejuknya setetes air kebenaran, dan diri yang lalai dari mengingat Allah Swt. Kami berharap mulai dari kalianlah Darul Arqam dapat kembali menemukan cahayanya yang telah lama pudar. Yang telah terkotori oleh pekatnya lumpur duniawi yang membuat jijik setiap orang yang melihatnya.
Kawan-kawan Mujahid dakwah, mintalah perlindungan kepada Allah swt dari rasa putus asa atas jalan yang kan kalian lalui sekarang. Mintalah kepada Allah swt kesabaran dalam mengarungi lautan penuh badai ini. Dan mohonlah pertolongan kepada Allah swt. Dengan sabar dan shalat.
Sekianlah sebuah tulisan yang amat tak berarti, apabila tak dibarengi dengat aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sekianlah untaian-untaian kata yang amat tak bemakna, apabila tidak ditanamkan ke dalam jiwa.

Rabu, 29 Oktober 2008

Mujahid Muda

Hai mujahid muda maju ke hadapan
Sibakkan penghalang satukan tujuan
Kibarkan panji islam dalam satu barisan
Bersama berjuang kita junjung keadilan

Jangan bimbang ragu tetaplah melaju
Hapus bayang semu di lubuk hatimu
Bergerak ke depan bagai gelombang samudera
Lantakkan tirani runtuhkan angkara murka

Reff:
Majulah wahai mujahid muda
Dalam satu cita tegak keadilan
Singkirkan batas satukan kata
Kebangkitan Islam telah datang

Sabtu, 11 Oktober 2008

The Power of Giving

Memberi mungkin menjadi sebuah kata yang tak asing bagiku. Tapi manakala aku dihadapkan pada keadaan dimana aku harus melakukannya, seringkali aku membuang-buang waktu untuk berfikir, aku seringkali diselimuti oleh keraguan dan ketakutan. "Wah, kalau aku memberi, nanti aku yang jadi rugi, atau kalau aku memberi, nanti aku jadi tidak kenyang, kalau aku memberi, nanti waktuku yang berharga jadi terbuang" dan beribu kekhawatiran yang lain mengalir di benakku. Benarkah yang kulakukan, saat ku berfikir rasional memang benar apa yang ku lakukan, saat aku punya uang 10.000 kemudian ku berikan kepada adikku 5.000, maka sisanya pasti 5.000 atau saat ku punya 10 buah permen kemudian ku berikan kepada teman-temanku 3 buah, sisanya memang pasti 7. Yah, beruntung aku masih ingat pelajaran matematika saat di SD.

Setelah aku mulai beranjak dewasa,aku sadar ternyata hukum-hukum yang ku pelajari pada pelajaran matematika tidak selalu benar. Ayahku pernah cerita bahwa sewaktu dia kecil, saat dia masih hidup di desa, ada sebuah sumur di depan rumahnya yang setiap hari airnya diambil oleh hampir seluruh warga desa. Dan di ada sebuah rumah yang mempunyai sebuah sumur, diamana sumur tersebut hanya diambil oleh penghuninya saja yang berjumlah sekitar 5 orang. Ayahku berfikir bahwa pasti air sumur yang berada di depan rumahnya akan habis karena diambil oleh banyak orang. Sedangkan sumur yang hanya dimiliki oleh satu keluarga airnya pasti akan lama habisnya karena diambilnya sedikit. Namun suatu keanehan terjadi, saat musim kemarau tiba, sumur didepan rumah ayahku yang airnya banyak diambil oleh warga tidak menjadi kering, malah airnya jadi tambah banyak. Sebaliknya, sumur yang sedikit diambil airnya malah menjadi kering dan hampir tidak menghasilkan air. Dari kejadian itu ayahku mulai berfikir, kenapa perkiraannya bisa salah. Setelah ia menginjak SMA, pada pelajaran geografi, ayahku akhirnya tahu bahwa ketika sumur airnya terus menerus diambil, maka hal itu akan meimbulkan tekanan ke dalam tanah sehingga memunculkan lubang dan sumber air yang baru pada sumur tersebut. Maka nya, tidak aneh kalau saat kemarau tiba, sumur yang diambil airnya oleh banyak orang tersebut tidak habis dan malah bertambah airnya.

Dari situ aku mengambil sebuah hikmah bahwa pada dasarnya memberi tidak membuat apa yang kita miliki berkurang, melainkan bertambah. Dan aku yakin sudah banyak hal yang terjadi pada kita yang membuktikan hal ini. Terlebih setelah aku masuk pesantren dan mendapatkan pelajaran agama yang intensif, aku jadi tahu bahwa perumpamaan orang-orang yang menginfakan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebuah biji yang menumbuhkan 7 tangkai dan pada tiap-tiap tangkai tersebut ada 100 biji lagi. Apalagi menurut Pak Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah bahwa 7 nya Allah itu bukan angka diatas 6 dibawah 8, melainkan berarti banyak. Berarti bayangkan betapa banyaknya ganjaran yang Allah berikan kepadaku manakala aku menginfakkan hartaku di jalanNya, wuih, pasti banyak banget ya! Lalu aku juga diajarkan tentang Surat Ali-Imran ayat 134, yang kalau gak salah bunyinya kayak gini : Alladziina yunfiquuana fis sarraai wad dlarraai ... al ayah. Ada yang menarik di sini, kalau di ayat-ayat lain kita menemukan setelah kata yunfiquuna biasanya ada aful bih nya. Misalnya yunfuquuna amwaalahum. Tapi di ayat ini gak ada lho, ok lah aku artikan dulu, Yaitu orang-orang yang menginfakkan baik ketika lapang maupun ketika lapang dst. Ayat ini menerangkan tentang ciri-ciri orang yang bertakwa. Setelah aku tanyakan, ternyata dalam kaidah bahasa arab, jikalau ada fiil mutaadi yang tidak ada maful bih nya, maka maful bih nya dianggap umum. Dari sini aku dapat pelajaran lagi, bahwa yang namanya memberi tuh gak hanya harta, tapi apapun kebaikan adalah sodaqoh. Tenaga, ilmu, bahkan senyum pun adalah sodaqoh. Dan berdasarkan ayat tadi, aku bisa memberi tidak hanya dalam keadaan lapang atau banyak uang, tapi saat sempit atau gak punya uang pun aku dapat memberi kepada orang lain.

Terakhir ni ya! aku juga udah cape nih ngetik terus, ada hal yang aku gak boleh lupa dalam memberi adalah keikhlasan. Setelah aku berfikir dan membaca berbagai referensi, bahwa ikhlas tuh kayak bom nuklir lho. Ok lah, bayangkan sebuah dinamit yang ukuran besar, mungkin saat diledakkan hanya radius ratusan meter yang terkena efek ledakannya. Tapi bom nuklir yang hanya terbentuk dari reaksi fusi, yang bahkan kita tidak dapat melihat partikel nuklir tersebut dengan mata telanjang, daya ledaknya bisa ratusan kilometer. Begitupun kalau berharap memperoleh sesuatu yang besar dari memberi, mungkin aku hanya bisa seperti dinamit tadi. Tapi tatkala ku mengecilkan keinginan untuk mendapat balasan bahkan meniadakannya, maka mungkin balasan yang ku terima bisa seperti ledakan bom nuklir tadi. Dan ada juga nih sebuah tumus matematika bahwa bilangan apapun apabila di bagi nol maka hasilnya tidak terdefinisikan atau infiniti. Seperti itu juga keikhlasan, aku harus berusaha mengnolkan keinginan mendapat balasan.

Mungkin segini aja lah curhatku
Hanya sekedar curhat kok, aku tak bermaksud menggurui karena yang membaca Insya Allah lebih baik dan lebih banyak ilmunya daripada yang menulis

Rabu, 24 September 2008

Ma'hadku Surgaku

"Ma'hadku Surgaku", begitulah tema Tabligh Akbar pada acara Gema Ramadhan tahun ini. Aku tidak tahu kenapa tema ini yang dipilih dan aku juga belum begitu mengerti esensi dan tujuan dipilihnya tema ini. Biasa, pas rapat seolah-olah segalanya serba mendadak, belum dipikirkan secara matang. Yah, aku jalani saja, nanti mungkin bakal tahu sendiri.

Malam itu tepatnya tanggal 20 Ramadhan, acara pun akan dimulai. Kebetulan aku ditunjuk sebagai moderator bersama Teh Rani ketua SDI putri pada malam itu. Kebetulan yang akan menjadi pembicara pada malam itu adalah Pak Jusep Juanda seorang pengacara yang juga aktif di PDM Garut. Aku juga sedikit bingung waktu itu, tapi aku coba jalani, dan acara pun dimulai. Seperti biasa setelah memperkenalkan pemateri, kami langsung membicarakan topik inti. Pak Jusep pun mulai mencoba menenangkan para santri yang rasanya semakin hari semakin ribut saja kalau ada orang yang berbicara. Lalu Pak Jusep pun menerangkan keutamaan para pencari ilmu, dengan menggunakan dalil-dalil ia dengan paercaya diri menegaskan bahwa orang yang mencari ilmu iyu mulia kedudukannya disisi Allah Swt. Nah satu hal yang menarik dalam acara ini bahwa ketika kami membahas tentang ma'had kami. Ternyata para santri menganggap ma'had ini lebih seperti penjara suci daripada ma'had. Aku tidak tahu kenapa seperti itu, mungkin lebih disebabkan satpam yang sekarang lebih tegas dalam perizinan, atau apa? yah tapi Pak Jusep mencoba menjelaskan bahwa kita harus bisa menjadikan ma'had ini sebagai surga untuk kita, katanya. Yah, cukup menarik pembahasan kami malam itu, dan sesuai tema, akhirnya kami harus membuat kesimpulan bahwa ma'had kita adalah surga bagi kita, dan jangan sekali-kali berpikir bahwa ma'had adalah sebua penjara.

Acara pun selesai, para santri bubar seolah segera menjemput rasa kantuk yang telah menguasai tubuh mereka. Tugas ku pun selesai, namun masih ada ganjalan di hatiku tentang masalah ini. Sebenarnya ma'had ini memang penjara, kataku dalam hati, dan aku bangga berada di dalam sebuah penjara. Kalau aku pikir, kebanyakan orang hebat dapat menghasilkan karya besar mereka di penjara lho! Sayyid Quthb yang menyelesaikan Tafsir Fii Zhilalil Qur'an saat dia dipenjara. Hamka yang menyelesaikan Tafsir al-Azharnya juga saat beliau dipenjara. Ibnu Taimiyyah yang menyelesaikan Kitab Fatwa-fatwanya saat dipenjara. Ok lah, tidak usah jauh-jauh, kakak kelasku yang sekarang kelas 6 atau 3 Aliyah, dia berhasil menulis sebuah buku yang mungkin membuat seluru jagad de-a iri padanya. Namanya Irvan Nasily, dia menulis buku "Devil Wears Uniform". Dan itu dia lakukan saat berada di ma'had yang banyak orang menyebut sebagai penjara.

Aku terkadang merasa tidak betah hidup di ma'had ini, tapi aku pikir inilah jalan menuju cita-cita ku, aku harus bisa menikmati apa yang ada, makanannya, santri-santrinya, pendidikannya, guru-gurunya serta apapun yang terjadi kepadaku di ma'had ini. Kesuksesan tidak didapat dengan hidup enak, melainkan butuh perjuangan. Mungkin terlalu di dramatisir ya? tapi disisi lain, aku juga sangat bahagia hidup di Ma'had Darul Arqam.

Dan sekarang aku mulai ragu terhadap orang yang hidupnya enak-enakan di ma'had,
Akankah mereka berhasil?

Kamis, 21 Agustus 2008

Untaian-untaian Tasawuf dalam "Terima Kasih Cinta"

Tersadar didalam sepiku
Setelah jauh melangkah
Cahaya kasihmu menuntunku
Kembali dalam dekap tanganmu

Terima kasih cinta untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi
Semuaaa kesalahanku yang pernah menyakitimu

Tanpamu tiada berarti
Tak mampu lagi berdiri
Cahaya kasihmu menuntunku
Kembali dalam dekapan tanganmu


Ada sebuah hal yang menarik dalam lagu terima kasih cinta yang mungkin luput dari pandangan kita. Kita mungkin hanya menganggap lagu ini hanya seperti lagu cinta biasa yang isinya begitu-begitu saja. Tapi aku punya penafsiran lain dengan lagu ini, coba deh perhatikan baik-baik teks lagu ini. Sekilas memang tidak ada yang aneh dengan lagu ini, karena memang masih menggambarkan romantika percintaan anak muda biasa. Tapi aku mencoba melihat lagu ini dari sisi yang lain.

Aku melihat terdapat unsur-unsur tasawuf yang sangat kental dalam lagu ini. Aku mencoba untuk menukar kata "cinta" dalam lagu ini dengan makna "Sang Pemilik dan Pencipta Cinta". Maka aku mendapat sebuah syair yang seperti dibuat oleh para sufi untuk memuji keagungan Allah Swt, serta mengharapkan pengampunan Allah Swt.

Coba lihat deh dari mulai bait pertama, syairnya menunjukan tentang seseorang yang sedang tersesat dan salah menempuh jalan, tapi kemudian Sang Kekasih menuntun dan memberi petunjuk untuk kembali ke pangkuanNya. Dari sini kita mengetahui salah satu sifat Sang Kekasih yang ingin diungkapkan oleh bait pertama, yakni sifat "Rahmat dan Cahaya bagi Seluruh Alam".

Nah, sekarang kita menginjak ke bait kedua yang juga merupakan reff dari lagu ini. Dalam bait ini jelas terlihat bahwa setelah mendapat petunjuk dari Sang Kekasih, seorang hamba yang tersesat pun berterima kasih atas segala hal yang telah dilakukan oleh Sang Kekasih. Dia juga berjanji untuk berbuat kesalahan yang sama kepada Sang Kekasih. Dari syair yang terdapat pada bait kedua ini, maka kita dapat mengambil dua sifat yang harus dimiliki seorang sufi dalam bertaqarub kepada Sang Kekasih, yakni Syukur dan Taubat.

Di bait yang terakhir, seorang hamba menyadari bahwa dirinya tak berarti apa-apa tanpa kehadiran Sang Kekasih di sisinya. Dia juga tidak bisa melakukan apa-apa kalau tidak dalam petunjuk Sang Kekasih. Maka syair di bait terakhir ini menjelaskan kepada kita tentang satu sifat lagi, yakni sifat Tawakal kepada Sang Kekasih. Yakni menyerahkan sepenuhnya dirir hamba atas kehendak dan perlindungan Sang Kekasih.

Jadi secara umum, lagu ini menggambarkan kecintaan seorang hamba terhadap Kekasihnya. Yang kalau dalam ilmu Tasawuf disebut Mahabbah. Dan kalau kita hayati dan resapi kandungan dari lagu ini, maka seolah-olah kita akan tenggelam dalam lautan Tasawuf.

Yah seperti inilah lintasan pikiran yang ada dalam otakku. Terserah lah kepada anda semua apakah setuju atau menentang terhadap pendapatku ini. Yang pasti aku hanya mencurahkan hasil kerja neuron-neuron yang ada di otak ku. Aku juga sama sekali tidak menggunakan hermeneutika atau metode-metode interpretasi lain dalam memahami lagu ini. Yang ku lakukan hanya menggunakan bakat alami ku untuk berpikir. Terus buat Kang Afghan, aku gak bermaksud buat mempromosikan lagu ini kok, tapi kalau nanti lagu ini jadi lebih terkenal, gak apa-apa ya!

Jadi intinya, cobalah melihat segala sesuatu dari sisi yang lain!

Kamis, 07 Agustus 2008

Ini Soal Hidup: Pilih Enak atau Nikmat?

Ok lah, persoalan tentang hidup memang bukan pertanyaan yang mudah dan sederhana untuk dijawab. Tapi kali ini, aku akan sedikit menyajikan tentang sesuatu yang mungkin sering menjadi bahan perbincangan oleh kita semua.

Gini, aku yakin bahwa sifat dasar manusia adalah menginginkan adanya rasa enak dan nikmat dalam dirinya. Sifat tersebut kalau kata para filsuf disebut hedonisme. Nah, apa sih bedanya antara rasa enak dengan nikmat? Mungkin kalau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dua kata tersebut merupakan sinonim. Tapi aku mendapatkan sebuah pengertian baru tatkala mendengar nasihat dari Pak Edi pada pelajaran fisika dan Pak Ahi pada pelajaran khitobah.

Pak Edi seperti biasa pada pertemuan pertama tidak memberikan kami materi yang mungkin dapat membuat otak kami berkeringat. Tapi dia berbagi cerita bersama kami serta nasihat yang membuat hati kami cukup tersentuh. Entah kenapa, walaupun dia orang fisika, tapi kalau lagi ngasih nasehat dengan menggunakan dalil al-Quran dan fisika dia udah kayak ustad aja. Dan kemarin-kemarin, dia memberikan taushiah tentang hal ini, kita pilih hidup enak atau nikmat? Lalu dia mulai bercerita, bahwa ada saja orang yang sudah dianugerahi keenakan yang banyak. Rumah mewah, mobil banyak, istri cantik,jabatan tinggi, dll. Tapi ketika dia tidur seolah-olah tidak tenang, dia terus saja memikirkan hartanya, bagaimana ya kalau ada yang mencuri? Bagaimana ya kalau ada yang hilang? Bagaimana ya aku mendapat uang lagi besok? dll. Ya begitulah kehidupan orang tersebut. Dia sih emang hidup enak, karena segalanya udah punya, tapi dia hidup tidak nikmat, karena hartanya itu membuat dia gelisah.

Lain lagi dengan cerita Pak Ahi, seorang guru yang pernah nyantri di gontor dan jago banget dalam bahasa Arab dan pidato. Dia juga unik lho, walaupun kalau lagi marah bisa membuat badan kami panas dingin, tapi kalau lagi bicara di mimbar, ada saja omongan yang membuat para santri tertawa terbahak-bahak. Yah begitulah De-A. Kalau dia bercerita tentang hal yang sebaliknya dengan yang diceritakan Pak Edi. Dia becerita tentang seorang petani yang walaupun hidupnya kurang enak karena hartanya sedikit, tapi dia bisa menikmati hidup yang dijalaninya. Setelah bekerja, petani bisa makan dengan lahap, lalu tidur dengan nyenyak , seolah-olah tanpa masalah yang berarti dalam hidupnya. Nah, petani ini, walaupun hidupnya kurang enak, tapi dia hidup nikmat.

Saat aku mendengar dua cerita tadi, ya aku bisa mengambil sebuah gagasan bahwa kenikmatan hidup itu tidak tergantung pada banyaknya harta yang kita miliki, tapi bagaimana kita mensyukurinya. Dan aku lihat, orang yang diceritakan Pak Edi tadi merupakan para koruptor yang menyengsarakan rakyat. Yah, mereka telah salah pilih, mereka lebih memilih keenakan daripada kenikmatan.Sedangkan petani adalah orang yang lebih memilih kenikmatan daripada keenakan. Karena Allah Swt. menjanjikan kenikmatan yang besar tatkala kita bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah Swt. yang diberikan kepada kita.

Kalau aku sih lebih memilih untuk bisa hidup enak dan nikmat. Amien…

Yuk Kita Isra Mi'raj!

Tepat setiap tanggal 27 Rajab tahun Hijriah, umat islam Indonesia menikmati hari libur karena memperingati Isra Mi'rajnya Nabi Muhammad SAW. Mengenai Isra Mi'rajnya sendiri, sebagian besar umat Islam Indonesia sudah faham dan mengerti artinya. Isra artinya perjalanan yang dilakukan orang pada malam hari, dalam peristiwa ini, pada malam hari Nabi Muhammad SAW pergi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.. Makannya kenapa keturunan nabi Ya'qub disebut Bani Israil? Konon kabarnya Nabi Ya'qub itu suka berperjalanan di malam hari, jadi aja keturunannya disebut Bani Israil. Sedangkan Mi'raj kalau yang aku baca di buku Tarekh adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha. Akhirnya dua peristiwa agung tersebut disebut Isra Mi'raj. Mengenai dalilnya, gak usah ditanyain lagi, di dalam al-Quran peristiwa ini sudah diabadikan dalam salah satu nama Surat al-Quran, dan di dalamnya dijelaskan keagungan Allah Swt. yang telah memperjalanankan Nabi Muhammad pada malam hari.

Ada sebuah dampak Isra Mi'raj yang dapat kita rasakan hingga sekarang, yaitu perintah solat yang merupakan hasil konkrit dari Isra Mi'raj Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menerima perintah tersebut tatkala beliau berhadapan langsung dengan Sang Maha Pencipta. Sehingga ketika kembali ke dunia, beliau langsung menyebarkan dan menjadikan sholat sebagai salah satu pondasi paling urgen dalam Islam. Sampai-sampai beliau pernah bersabda bahwa sholat itu tiangnya agama. Dan yang aku pikirkan sekarang adalah, apakah kita sudah bisa menangkap esensi terpenting dari Isra Mi'raj, atau kita masih menganggap bahwa memperingati Isra Mi'raj hanya sebatas tradisi yang diwariskan secara turun temurun?

Kemarin aku sms-an dengan salah seorang temanku, kebetulan kami berdua membahas tentang makna Isra Mi'raj. Saat aku mengajukan gagasan bahwa sebenarnya kita juga bisa Isra Mi'raj lho, dia aneh dan merasa hal itu tidak mungkin. Jelas saja seperti itu, karena aku belum menjelaskan yang sebenarnya. Gini, kita tahu bahwa Isra Mi'raj adalah naiknya Rasulullah Saw. ke tempat teringgi dari kubangan dunia yang hina. Dia bertemu dengan Tuhan nya dan meraih kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Setelah itu dia kembali lagi ke dunia untuk mendakwahkan ajaran-ajarannya. Sekarang, coba analogikan dengan ibadah solat yang selama ini kita lakukan. Ketika kita solat dengan khusyuk, kita tidak lagi ada di masjid, di Indonesia, di Dunia atau Galaksi Bimasakti. Tapi kita seolah-olah berada di Sidratul Muntaha dan sedang bercakap-cakap dengan Allah Swt melalui bacaan dan gerakan solat. Dan setelah salam, kita kembali lagi ke dunia untuk kembali hidup bermasyarakat dengan mendakwahkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan kita. Jadi shalat khusyuk merupakan gambaran terhadap Isra Mi'raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Malah saya dengar dari kawan saya Ginan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa Sholat adalah alat Isra Mi'raj umatku. Yah, Wallahu A'lam, yang penting, mari kita tangkap esensi dari peristiwa terdaftar sebagai salah satu nominasi dari Mujizat-mukjizat Rasulullah Saw. yang sangat luar biasa.